Beda risiko fraud pada layanan tanda tangan digital dan layanan keuangan
Suatu ketika penulis mendapatkan pertanyaan dari sebuah perusahaan di bidang finansial. Ia bertanya:
Mengapa ambang batas verifikasi wajah di layanan tanda tangan digital tinggi sekali?
Kami di keuangan tidak setinggi itu.
Potensi Fraud
Pada layanan Keuangan
Pada layanan keuangan, potensi fraud-nya adalah penyalahgunaan dana. Pencurian dana, penggelapan dana, korupsi hingga pencucian uang (money laundry).
Namun dampak terbesar fraud pada layanan keuangan adalah hilang uang. Hal ini berbeda dengan fraud pada layanan tanda tangan digital.
Pada layanan Tanda Tangan Digital
Tanda tangan digital pada prinsipnya adalah mewakili identitas pemilik tanda tangan. Misalnya saat Anda melihat suatu goresan tanda tangan tertentu, di benak Anda mungkin akan terlintas pikiran:
“Oh, itu tanda tangan Bapak X” atau
Oh, itu tanda tangan Ibu Y.
Sehingga akhirnya, penyedia layanan tanda tangan digital sebenarnya memberikan layanan penyediaan identitas.
Maka fraud yang terjadi pada tanda tangan digital berpotensi berdampak pada kehilangan / penyalahgunaan identitas.
Jika tanda tangan Anda dipalsukan, pasti jengkelnya bukan main. Mengapa?
Karena pemalsuan tanda tangan dapat berdampak banyak. Dengan tanda tangan, seseorang dapat menandatangani:
- Pencairan cek / giro dari bank
- Pengajuan tuntutan ke pengadilan
- Persetujuan pemberian akses ke informasi sensitif
- Persetujuan pelepasan informasi pasien di rumah sakit
- Pengajuan kredit rumah beserta nilai cicilannya
- Pemindahan kepemilikan aset, misalnya rumah atau tanah
- … dst
Sehingga fraud pada penggunaan tanda tangan digital, sangatlah luas. Atau singkatnya:
Jika fraud pada layanan keuangan, yang hilang adalah uang.
Maka fraud pada layanan tanda tangan digital, yang hilang adalah identitas Anda.
Penutup
Sebagai analogi yang kerap terjadi di sekitar kita adalah ketika seseorang “dicuri” fotonya oleh orang lain dan dijadikan profil WhatsApp.
Kemudian sang oknum berpura-pura sebagai kenalan / teman / kawan kita yang ujungnya mungkin adalah pinjam uang.
Dari sana, kita dapat melihat bahwa kehilangan (kendali atas foto sebagai) identitas dapat berujung ke penipuan pinjam uang. Apalagi jika kehilangan (kendali terhadap) tanda tangan sebagai identitas. Dampaknya lebih luas.
Sehingga perlu kita sadari bersama, bahwa dalam dunia yang serba digital, kehilangan identitas digital adalah kehilangan segalanya.