e-sign vs digi-sign
Di Indonesia, istilah tanda tangan digital (digital signature / digi-sign) dikenal dengan istilah tanda tangan elektronik (electronic signature / e-sign). Hal ini tidak salah, karena istilah tersebut sudah diperkenalkan sejak 15 tahun yang lalu, yaitu melalui UU No 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tahun 2008. UU tersebut populer dengan istilah UU ITE.
Electronic signature sering disebut dengan istilah e-sign, jika disingkat. Mungkin karena sejak dulu, penambahan huruf “e” pada (misalnya) e-money, e-wallet hingga e-goverment memberikan kesan “digital”.
Dan istilah digi-sign serta e-sign, sering dipertukarkan. Jika Anda membuka aplikasi surel (surat elektronik / email) Anda, Anda dapat menemukan istilah Email Signature pada aplikasi tersebut.
Karena surat elektronik adalah surat dalam bentuk elektronik, maka email signature seperti pada gambar, masuk dalam kategori electronic signature.
Ada pun pemahaman penulis, dalam konsep tanda tangan, ada kesan yang berbeda antara digi-sign and e-sign.
Tampilan e-sign umumnya meniru (mimics) tanda tangan basah. Kemudian digoreskan atau ditempel ke dalam bentuk digital. Sedangkan digi-sign, tidak demikian.
Contoh perbedaan Electronic Signature vs Digital Signature kurang lebih seperti berikut:
Pada gambar tersebut, perbedaan utama dari e-sign dan digi-sign adalah adanya penanda waktu (time-stamp). Karena digi-sign menggunakan sertifikat digital, maka keberadaan time-stamp menjadi penting untuk mengamankan (securing) objek yang ditandatangani.
Kemudian pada digital signature, ia tidak memerlukan spesimen tanda tangan. Penerima tanda tangan atau pihak pengandal (relying parties) akan mengandalkan sertifikat digital yang melekat pada objek yang ditandatangani tersebut untuk memastikan otentisitasnya.
Setelah mengetahui konsepnya, penulis sendiri lebih menyukai penggunaan istilah digi-sign dibandingkan dengan e-sign.
Bagaimana menurut Anda?
